Tragedi di RSUD Karawang : Penantian Lima Tahun Berakhir Sia-Sia Akibat Dugaan Kelalaian Medis

Fakta88news.com - Memiliki buah hati adalah dambaan setiap pasangan menikah. Seperti rezeki, ada yang cepat dikaruniai momongan, namun tak sedikit yang harus menanti bertahun-tahun dengan perjuangan luar biasa. 

Gambar Tangkap Layar Media Sosial

Namun, apa jadinya jika penantian panjang itu berakhir tragis karena buruknya pelayanan rumah sakit ? Inilah kisah pilu Edwin Septian, seorang ayah dari Kecamatan Telukjambe Timur, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, yang kehilangan bayi pertamanya setelah lima tahun penantian, diduga akibat kelalaian medis di RSUD Karawang.

Pada 29 April 2025, istri Edwin dibawa ke RSUD Karawang pukul 02.00 dini hari karena mengalami pendarahan. Namun, hingga siang hari, hanya infus yang diberikan tanpa tindakan medis signifikan. Ketika ketuban pecah dan Edwin memohon operasi segera, ia justru diminta menunggu. Operasi baru dilakukan pukul 18.00, dan tiga jam kemudian, bayi yang begitu dinantikan itu dinyatakan meninggal dunia. “Saya menunggu lima tahun untuk punya anak, tapi perlakuannya seperti ini. Di mana rasa kemanusiaan mereka?” ungkap Edwin dengan penuh duka dalam orasinya di depan lobi RSUD Karawang, menggunakan pengeras suara megafon, seperti dilansir ANTARA.

Kekecewaan Edwin bukan tanpa alasan. Ia menemukan banyak kejanggalan, termasuk ketidaksesuaian data berat badan janin dari hasil USG yang berubah-ubah: dari 1.600 gram, 1.500 gram, hingga 1.200 gram saat bayi dinyatakan meninggal. “Selain lambat dan lalai, khususnya terhadap pasien BPJS seperti saya, ini kan aneh,” tegasnya. Edwin, yang telah melakukan kajian mendalam tentang penanganan ibu hamil, menduga adanya kesalahan fatal dalam proses persalinan istrinya.

Video orasi Edwin yang viral di media sosial memicu kemarahan publik. Banyak warga menyampaikan duka mendalam dan menyoroti buruknya pelayanan RSUD Karawang. “Ini bukan hanya soal kehilangan, tapi soal sistem yang gagal memberikan pelayanan terbaik,” tulis seorang pengguna X. Dugaan diskriminasi terhadap pasien BPJS juga mencuat, sebagaimana diungkapkan Edwin, yang merasa penanganan lambat karena status sosialnya.

Pelayanan kesehatan yang buruk di RSUD Karawang bukan hanya soal teknis, tetapi juga mencerminkan kurangnya empati dan tanggung jawab. Hingga berita ini ditulis, pihak rumah sakit belum memberikan klarifikasi resmi. Direktur RSUD Karawang, dr. Andri S. Alam, hanya menyebut adanya “kesalahpahaman” tanpa konfirmasi lebih lanjut, sebuah respons yang terkesan menghindari tanggung jawab. Sementara itu, RSUD Karawang mengklaim tengah melakukan audit internal, namun langkah ini dirasa terlambat dan tidak cukup untuk mengobati luka Edwin serta mencegah tragedi serupa.

Tragedi ini adalah tamparan keras bagi sistem kesehatan publik di Indonesia. RSUD Karawang harus bertanggung jawab penuh, bukan hanya dengan janji audit, tetapi dengan reformasi sistemik yang menempatkan nyawa pasien—khususnya ibu hamil dan bayi—sebagai prioritas utama. Edwin menuntut perubahan sistem penanganan pasien agar tidak ada lagi ayah yang kehilangan buah hati karena kelalaian. Pemerintah daerah dan Kementerian Kesehatan juga harus turun tangan, memastikan evaluasi menyeluruh terhadap prosedur medis dan pelatihan tenaga kesehatan di RSUD Karawang.

Kehilangan Edwin bukan sekadar statistik, melainkan cerminan kegagalan sistem yang seharusnya melindungi. Jika rumah sakit yang menjadi harapan rakyat justru menghancurkan mimpi, lalu ke mana lagi masyarakat harus berpaling ?



Penulis : Natama Sitorus
Sumber : Kantor Berita

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama